Jembatan merah sungguh gagah...
Berpagar gedung... indah...
Sepanjang hari .... yang melintasi...
Silih berganti...
Jembatan merah yang gagah... nasibmu kini kian terpuruk.
Jemabatan merah merupakan saksi bisu perjuangan arek-arek Soroboyo dalam bertempur hingga titik darah penghabisan. Diatasnya telah dimandikan dengan darah-darah segar manusia. Keringat, darah, kepala manusia tergeletak di atasnya. Suara letusan meriam dan guliran roda tank merupakan hal yang wajar terjadi pada punggung Jembatan tua ini.
Kisah dari kakek saya " Dulu bapak (panggilan kakek saya) tengah malam uda pergi. Mak-mu (panggilan nenek saya) dan mamamu (ibu saya) kalo tidur didalam gorong-gorong persembunyian. tepatnya disana (sambil menunjuk sebuah asrama brimob). Kalo bapak ya pergi ke jembatan merah sama bawa golok itu. uda pasti disana ada tembak-tembakan peluru. Perang itu mulai dari jembatan merah sampe tugu pahlawan lo.." ane tertegun mendengarnya (tertegun ato tidur ??)
Perjuangan jembatan merah luar biasa bukan.. Eh ada sejaranya lagi lo.. Jembatan merah dibangun oleh paku Buwono II sebagai perkembangan dari persetujuan Mataram dengan VOC pada tanggal 11 November 1743. (uda tua bo..) (Kalau sekarang Jemabatan Merah hanya sebagai penghubung antara jalan Rajawali dengan jalan Kembang Jepun surabaya). Tetapi nasibya Jembatan merah ya tetaplah malang seperti dulu. Wisatawan yang datang ke Surabaya lebih senang kalo liat Jembatan Suramadu daripada Jemabatan Merah sendiri... Ooo Jemabatan Merah yang menyedihkan... (sabar..sabar... cup... jangan nangis...).
0 komentar:
Posting Komentar